Senin, 14 Maret 2016

bahasa

2.3                 Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.

2.4                 Macam-Macam Ragam Bahasa
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
A.                    Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam


bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a.       Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b.      Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c.       Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d.      Berlangsung cepat;
e.       Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f.       Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g.      Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
h.      Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
-  Nia sedang baca surat kabar.
-  Ari mau nulis surat.
-  Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
-  Mereka tinggal di Medan.
-  Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas
Penggunaan Kosa Kata
-  Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
-  Kita harus bikin karya tulis.
-  Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
-  Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
-  Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta
B.                    Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang


diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.           Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2.           Bersifat objektif.
3.           Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4.           Mengemban konsep makna yang jelas.
5.      Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6.      Berlangsung lambat.
7.      Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8.      Selalu memakai alat bantu;
9.      Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10.      Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1.                    Memakai ejaan resmi.
2.                    Menghindari unsur kedaerahan.
3.                    Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.


4.                       Memakai bentuk sintesis.
5.                       Pemakaian partikel secara konsisten.
6.                       Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1.                       Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
2.                       Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3.                       Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4.                       Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1.                       Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2.                       Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
3.                       Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong,  oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.        Ragam bahasa lisan:
-          Nia sedang baca surat kabar
-          Ari mau nulis surat
b.      Ragam bahasa tulis:
-          Nia sedang membaca surat kabar.                                                                                 


-          Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
-          Mereka bertempat tinggal di Menteng
-          Akan saya tanyakan soal itu.
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a.        Ragam Lisan
-          Ariani bilang kalau kita harus belajar
-          Kita harus bikin karya tulis
-          Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b.       Ragam Tulis
-          Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
-          Kita harus membuat karya tulis.
-          Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
a.       Topik yang sedang dibahas,
b.        Hubungan antarpembicara,
c.       Medium yang digunakan,
d.        Lingkungan, atau
e.        Situasi saat pembicaraan terjadi                                                                                     


Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut:
·         Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
·         Penggunaan kata tertentu,
·         Penggunaan imbuhan,
·         Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
·         Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pĂ«mbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis. Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.


Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik


 keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara danpramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.
 Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
2.4.2      Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
a. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang


 meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut.
Tidak Terpelajar
Terpelajar
Pidio
Video
Pilem
Film
Komplek
Kompleks
Pajar
Fajar
Pitamin
Vitamin

c. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c. Menggunakan kata ganti resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;

f. Menghindari unsur kedaerahan.